Penipuan Missed Call dari Luar Negeri Mengancam Warganet di Indonesia

jangan jawab dan panggil telpon dari luar negeri sembarangan

Sejak tahun 2018, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) telah mengeluarkan peringatan kepada warganet Indonesia untuk berhati-hati terhadap missed call atau panggilan tak terjawab dari nomor asing yang tidak dikenal. Dalam sebuah laporan yang dikutip dari Harapan Rakyat, Kominfo mencatat adanya peningkatan kasus missed call yang membuat beberapa warganet di Indonesia merasa bingung dan khawatir.

Memanfaatkan Rasa Penasaran (Wangiri Fraud) Warganet 

Fenomena missed call misterius ini juga terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Salah satu korban adalah Heni, seorang warga Kota Banjar, Jawa Barat. Dia menerima panggilan telepon misterius dari nomor asing yang tidak dikenal, dengan kode area yang bukan berasal dari Indonesia. Heni menceritakan pengalamannya kepada HR Online, "Pada hari Selasa (20/11/2018) sekitar pukul 3 dini hari, saya mendapatkan telepon dari nomor yang tidak dikenal. Kode area nomornya adalah +459xxxxxx. Ketika saya mengangkat panggilan tersebut, langsung saja si penelepon menutupnya."

Penasaran dengan panggilan tersebut, Heni meminta suaminya untuk mencari tahu asal kode area tersebut di internet. Hasil pencarian menunjukkan bahwa kode area +459 berasal dari Montenegro, sebuah negara di benua Eropa. Sebelumnya, pada bulan Oktober 2018 sekitar pukul 24.03 WIB, Heni juga pernah menerima missed call dari Washington DC, Amerika Serikat.

Dalam berbagai sumber, jenis panggilan telepon seperti ini dikenal sebagai wangiri fraud. Tujuannya adalah untuk memancing rasa penasaran penerima missed call agar melakukan panggilan balik ke nomor tersebut. Kementerian Komunikasi dan Informatika RI mengungkapkan bahwa missed call asing yang tidak dikenal tersebut bisa jadi merupakan bagian dari penipuan atau scam.

Beberapa Kerugian yang Mungkin Terjadi

Jika Anda tergoda untuk melakukan panggilan balik ke nomor yang tidak dikenal tersebut, kerugian pertama yang mungkin Anda alami adalah biaya telepon yang mahal, karena itu akan menjadi panggilan internasional langsung. Jika nomor tersebut termasuk dalam kategori layanan premium, Anda juga akan dikenakan biaya tambahan yang jumlahnya tidak sedikit, dan biaya tersebut pada akhirnya akan menguntungkan penipu. Biaya per panggilan bisa mencapai 15 hingga 30 dolar AS.

Selain kerugian finansial, korban penipuan juga berisiko kehilangan data pribadi atau nomor telepon yang dapat disalahgunakan oleh organisasi kejahatan siber. Modus penipuan semacam ini sebenarnya bukanlah fenomena baru, dan bukan hanya terjadi di Indonesia. Penipuan serupa pertama kali dilaporkan terjadi di Jepang sekitar tahun 2000. Para pelaku penipuan menggunakan metode yang sama, yaitu dengan melakukan missed call tanpa meninggalkan pesan. Tanpa sadar, korban yang penasaran akan panggilan tersebut sering kali melakukan panggilan balik.

Ketika panggilan balik diterima oleh penipu, pulsa telepon akan terkuras atau tagihan telepon akan membengkak. Hal ini berujung pada pemasukan yang mengalir ke kantong penipu. Penipu umumnya melakukan missed call pada jam-jam yang tidak wajar, seperti tengah malam atau dini hari.

Waspada Terhadap Modus Penipuan Baru yang Terus Berkembang

Selain Indonesia, kasus serupa juga pernah terjadi pada tahun 2016. Beberapa pelanggan operator seluler di Indonesia kerap menerima panggilan telepon dari luar negeri dengan kode area +77. Untuk menghindari menjadi korban penipuan dengan modus ini, disarankan agar Anda tidak melakukan panggilan balik jika menerima missed call dari nomor asing yang tidak dikenal.

Dalam era digital yang semakin maju, penting bagi kita semua untuk tetap waspada terhadap modus penipuan baru yang terus berkembang. Jaga keamanan dan privasi Anda dengan tidak memberikan informasi pribadi kepada pihak yang tidak Anda kenal. Selalu periksa identitas dan keaslian panggilan yang Anda terima sebelum melakukan panggilan balik. Dengan meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai penipuan seperti ini, kita dapat melindungi diri sendiri dan orang-orang terdekat dari ancaman cyber yang ada. (HW)

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel